Welcome to Visit Site Radar Walak Papua Network

Headline News

Diberdayakan oleh Blogger.

Latest Post

Sejarah Perjuangan Papua Merdeka

Written By MELANESIA POST on Jumat, 03 April 2015 | 4/03/2015 09:26:00 PM

 photo vanuatu_zpsed2b2tvn.jpg  photo aktifmenulis_zps397205a9.jpg

Sejarah Perjuangan Papua Merdeka

Ulasan Singkat untuk Menempatkan PMNews dalam Konteks Kampanye Papua Merdeka

Fakta dari perjuangan bangsa Papua antara lain:

  1. Perjuangan identitas ASPIRASI bangsa Papua di Babo Bentuni 1930-an.
  2. Perjuangan bersenjata KORERI di Biak Teluk Gelvijnk/ Cenderawasih 1940-an.
  3. Permulaan nama post Hollandia 1910.
  4. Waktu Sekutu Gen.MacA rthur1944 Belanda mulai buka tata administrasinya namanya NICA (NederlandsIndies Adsministration). Sebelum perang Pasifik tanah Papua tidak termasuk dalam wilayah East Indies /VOC/ pemerintahan Batawi.
West Papua Topographic Map
West Papua Topographic Map (Photo credit: Wikipedia)

Proklamasi Kemerdekaan 1 Juli 1971

Papua Merdeka News mengakui berdasarkan Undang-Undang Revolusi West Papua tentang Proklamasi Kemerdekaan 1 Juli 1971 di Waris Raya, Port Numbay.

PROKLAMASI

Kepada seluruh rakyat Papua, dari Numbai sampai ke Merauke, dari Sorong sampai ke Balim (Pegunungan Bintang) dan dari Biak sampai ke Pulau Adi.

Dengan pertolongan dan berkat Tuhan, kami memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumumkan pada anda sekalian bahwa pada hari ini, 1 Juli 1971, tanah dan rakyat Papua telah diproklamasikan menjadi bebas dan merdeka (de facto dan de jure).

Semoga Tuhan beserta kita, dan semoga dunia menjadi maklum, bah-wa merupakan kehendak yang sejati dari rakyat Papua untuk bebas dan merdeka di tanah air mereka sendiri dengan ini telah dipenuhi.

Victoria, 1 Juli 1971
Atas nama rakyat dan pemerintah Papua Barat,

Seth Jafet Rumkorem

(Brigadir-Jenderal)
3 Desember 1974

Dalam upacara pembacaan proklamasi itu, Rumkorem didampingi oleh Jakob Prai sebagai Ketua Senat (Dewan Perwakilan Rakyat?), Dorinus Maury sebagai Menteri Kesehatan, Philemon Tablamilena Jarisetou Jufuway sebagai Kepala Staf Tentara Pembebasan Nasional (TEPENAL), dan Louis Wajoi sebagai Komandan (Panglima?) TEPENAL Republik Papua Barat.

Era Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1 Juli 1971

Setelah proklamasi kemerdekaan ini terjadilah perpecahan di dalam tubuh OPM, khususnya antara Seth Jafet Roemkorem dengan Hendrik Jacob Prai yang berakibat perpecahan basis atau markas pertahanan mereka. Organisasi perjuangan sayap militer juga terpecah menjadi Tentara Pembebasan Nasional (TPN) di bawah komando Seth Jafeth Roemkorem yang sering dijuluki sebagai kubu Markas Victoria (disingkat Marvic) dengan Tentara Pembebasan Nasional (TPN); dan Kubu Pembela Kebenaran (atau disingkat Markas Pemka) pimpinan Hendrick Jacob Prai dengan Tentara Pembebasan Nasional (TEPENAL).

TEPENAL kemudian membentuk beberapa Panglima Daerah dan bentukan KODAP (Komando Daerah Pertahanan) dan sampai saat ini masih eksis di rimbaraya New Guinea, yaitu antara lain KODAP III Nemangkawi untuk wilayah Kabupaten Fak-Fak (Panglima Kelly Kwalik), KODAP II untuk kabupaten Jayawijaya (Panglima Mathias Wenda), KODAP V wilayah Papua Selatan (Panglima Bernardus Mawen); dan KODAP IV Paniai (Panglima Tadius Yogi).

Para panglima bentukan Jacob Hendrik Prai ini masih beroperasi sampai hari ini, sementara turunan dari Markas Victoria terbagi menjadi beberapa kubu seperti Hans Richard Joweni (di wilayah Sarmi) dan Melkias Awom (di Biak). Markas Victoria kemudian dikendalikan oleh Brig. Jend TPN Hans Bomay bersama Letnan Jenderal TPN Lukas Tabuni, bersama Rev. Jend. Mandin Maah Jikwa dan Chief Jend. Obarek B. Yikwa, yang telah meninggal dunia, dan diteruskan oleh General Tiben Pagawak, Lego Yikwa dan Danny Kogoya. Kini (2014) Lego Yikwa dan Danny Kogoya telah meninggal dunia.

Sebelum penyerahan tongkat komando kepada General Mathias Wenda basis Markas Victoria (TPN) pimpinan Seth Jafet Roemkorem telah kosong karena friksi dan perang saudara antara kubu PEMKA dengan kubu Victoria. Capt. Mathias Wenda sebagai Komandan Operasi di era kepemimpinan Jacob Prai diperintahkan untuk mengamankan situasi lapangan, khususnya pucuk pimpinan komando Papua Merdeka yang mendua sehingga terjadi peperangan hebat antara kedua kubu di wilayah perbatasan West Papua - Papua New Guinea, tepatnya di kampung Wutung.

Penangkapan dan Pengasingan Pimpinan OPM oleh Pemerintah Papua New Guinea

Menanggapi pertikaian di dalam tubuh perjuangan Papua Merdeka yang tidak sehat, maka pemerintah Papua New Guinea melangsungkan Operasi Penangkapan para kunci pecah-belah dalam tubuh perjuangan Papua Merdeka. Hasilnya Jacob Prai, Seth Roemkorem dan Otto Ondawame ditangkap dan dijebloskan ke penjara Bomana, Papua New Guinea, disusul beberapa komandan lapangan mereka seperti Alex Derey dan Geradus Tom (Komandan Mata Satu). Seth Roemkorem dan dua komandan lapangan ini minta suaka dan diterima menetap di Negeri Belanda. Sementara sang Komandan PEMKA Jacob Prai dan sekretarisnya Otto Ondawame memintakan suaka dan diterima oleh Pemerintah Sosialis Swedia waktu itu, dan sampai hari ini keduanya berkewarga-negaraan Swedia.

Skenario pemerintah PNG waktu itu kedua kubu diberi Surat Undangan secara terpisah tetapi pada waktu bersamaan. Isu Surat menyatakan perlu ada pertemuan antara pimpinan OPM dan pimpinan PNG untuk membicarakan bantuan PNG untuk Papua Merdeka. Untuk itu mereka diundang datang ke Kota untuk pembicaraan lebih lanjut. Karena undangan dimaksud ditandatangani oleh pejabat resmi dengan kop surat yang resmi, maka tanpa diketahui baik Prai maupun Ondowame dan Roemkorem datang ke kota pada waktu bersamaan. Mereka kemudian ditangkap pada waktu bersamaan, dan dipenjarakan di penjara Bomana Papua New Guinea secara bersama-sama sambil menunggu mereka minta suaka.

Menyusul mereka juga ditangkap panglima lain, yaitu Alexander Derey dan Geradus Tom (sering dipanggil Komandan Mata Satu). Keduanya kini berkewarga-negaraan Belanda dan aktiv berbicara atas nama OPM di pertemuan-pertemuan informal di antara orang Papua.

Sementara terjadi operasi sapu bersih di antara pejuang Papua Merdeka sendiri telah juga hadir Ottow Ondawame, seorang pemuda dari Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih dan Leo Wakerkwa dari Program Studi Bahasa Inggris FKIP Universitas Cenderawasih. Kedua pemuda membantu Panglima PEMKA Jacob Prai.

Laurentz Dloga dan Tentara Revolusi West Papua

Di antara mereka juga hadir seorang tokoh perjuangan Papua Merdeka yang telah melakukan banyak pekerjaan yang cukup berarti bagi kemerdekaan West Papua, yaitu Laurentz Dloga (Logo). Kehadiran dia memungkinkan terbentukan Tentara Revolusi West Papua, dan telah menjalin kerjasama dengan Negara-negara yang sudah merdeka, terutama Papua New Guinea. Menteri perhubungan dan juga perdana Menteri Papua New Guinea waktu itu Iambeki Okuk (seorang Kepala Suku dari pegunungan Papua Timur, tepatnya Provinsi Goroka). Keduanya dibantu oleh Gabriel Ramoy dan Powes Parkop yang waktu itu ialah mahasiswa.

NKRI bekerja extra keras dan mereka berhasil menghabisi nyawa dari Iambeki Okuk di Australia, membunuh Laurentz Dloga di Markas Victoria (oleh pasukannya sendiri) dan membenjarakan Powes Parkop (saat ini -2014- menjadi Gubernur DKI Port Moresby) dan Gabriel Ramoy (saat ini -2014- anggota parlemen di Provinsi Sandaun.

Ada yang menganggap penangkapan ini sebagai keberhasilan operasi intelijen NKRI, akan tetapi menurut PMNews peristiwa ini murni sebagai tanggapan PNG terhadap realitas friksi dan faksi yang ada di dalam perjuangan Papua Merdeka. Buktinya selang beberapa pekan setelah penangkapan mereka, maka Laurentz Dloga dan Mathias Wenda dipanggil dan diarahkan oleh pemerintah Papua New Guinea untuk merapihkan barisan pertahanan dan meneruskan perjuangan bangsa Papua di pulau New Guinea.

Papua New Guinea shares the island of New Guin...
Papua New Guinea shares the island of New Guinea, world's second largest, with two Indonesian provinces (Photo credit: Wikipedia)

Pucuk Komando Jatuh ke Tangan Gen. TEPENAL Mathias Wenda

Tongkat Komando TEPENAL diserahkan oleh Jacob Prai kepada Matius Tabu (karena Jacob Prai ditangkap oleh polisi PNG waktu itu). Kemudian Matisu Tabu juga ditangkap oleh NKRI. Beberapa hari menjelang penangkapannya tongkat Komando diserahkan kepada BrigGend. TEPENAL Mathias Wenda.
Sebelum penyerahan tongkat komando telah diakukan penaikan pangkat dalam masa darurat untuk Gen. Mathias Wenda dari Brig.Gend menjadi General TEPENAL Mathias Wenda. Masa ini tongkat komando Revolusi West Papua ada dalam kondisi genting karena pertikaian di dalam tubuh Organisasi Papua Merdeka dan operasi dari pemerintah PNG serta operasi pengejaran dan penangkapan oleh ABRI NKRI.
Setelah tongkat Komando jatuh ke tangan Gen. TEPENAL Mathias Wenda, maka dilakukan rapat-rapat tingkat Perwira antara kubu Pemka dengan kubu Viktoria, yang akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk menggabungkan kedua faksi ke dalam satu kubu bernama Tentara Pembebasan Nasional - Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM).

Sejak masa inilah nama TPN/OPM mulai santer dipakai. Sedangkan sebelumnya nama TEPENAL dan TPN dipakai secara terpisah, tidak digabungkan dengan penggunaan nama OPM.

General Mathias Wenda sebagai seorang Kepala Suku Besar dari Suku Walak di Lembah Baliem, maka perbedaan dan pembedaan antara organisasi perjuangan Papua Merdeka sayap militer dan sayap politik menjadi kabur. General Wenda menjalankan kepemimpinan ala Panglima Perang dalam suku-suku di pegunungan Tengah Papua.

Setelah puluhan tahun lamanya, dengan kemunculan pemuda dari Tanah Papua seperti Jonah Penggu (sering memanggil dirinya bermarga: Wenda) Amunggut Tabi dan disusul Benny Wenda, maka terjadi upaya-upaya pembenahan lebih lanjut. Diupayakan berkali-kali untuk harmonisasai dan konsolidasi hubungan kubu Pemka dan Victoria, tetapi usaha-usaha di rimba New Guinea tidak begitu sukses. Yang berhasil dan nampak ada hasilnya ialah pembentukan WPPRO (West Papua Peoples Representative Office) oleh Andy Ayamiseba (OPM Victoria) dan Otto Ondawame (OPM Pemka).

Kedua tokoh OPM (Ayamiseba dan Ondawame) terus membangun komunikasi dengan para gerilyawan di rimba New Guinea. Hasilnya para penglima dari kubu Pemka dan Viktoria berhasil menjumpai kedua pemimpin di Vanuatu mulai tahun 2003 sampai 2007 secara berturut-turut datang dan pergi secara bergantian. Dalam pada itu dibentuk-lah organisasi baru bernama WPNCL (West Papua National Coalition for Liberation) di mana para tokoh OPM kubu Victoria (Rex Rumakiek dan Andy Ayamiseba) dan OPM kubu PEMKA (Amungut Tabi, Benny Wenda dan Otto Ondawame) membangun komunikasi konstruktiv untuk menghapus dan menyembuhkan luka-luka tidak diharapkan yang pernah muncul dalam sejarah perjuangan Papua Merdeka.

Akhirnya terbukti, Jend. TPN Hans Richard Joweni diangkat sebagai Ketua WPNCL dan Dr. John Otto Ondawame sebagai Sekretaris Jenderal. Perbedaan Pemka-Viktoria ternyata lebih berarti dan lebih berpengaruh di era kepemimpinan Prai-Roemkorem. Setelah Roemkorem meninggal dunia dan diteruskan oleh Ayamiseba, Rumakiek, dan Joweni serta Prai menjadi pensiun dari kegiatan politik Papua Merdeka dan diteruskan oleh Ondawame, Amunggut Tabi dan Benny Wenda tanpa ada bayangan atau pengaruh sedikitpun dari perpecahan yang pernah terjadi.

Perpecahan dan perang saudara yang pernah terjadi kini menjali sejarah pahit, tetapi tidak berpengaruh begitu besar terhadap generasi muda pejuang Papua Merdeka. Walaupun begitu para lawan politik dan musuh kebenaran tidak pernah tinggal diam.

Telah banyak kali NKRI berupaya menangkap dan memenjarakan dan juga membunuh khususnya Panglima Mathias Wenda, tetapi General Wenda dengan ketangkasannya telah meloloskan diri dari maut. Beberapa kali pernah dipenjarakan di Papua New Guinea dan diadili di sana, dengan tuduhan melakukan kegiatan illegal di Negara PNG. Akan tetapi dengan Hukum Adat sebagai seorang Kepala Suku ia berhasil membela diri, memupuskan harapan dan doa NKRI untuk merepatriasi Gen. Wenda ke Indonesia untuk dijatuhi hukum sesuai hukum colonial NKRI.



“MEDIA INDONESIA MENGKLABUI FAKTA PERJUANGAN TPN DI PAPUA”

Written By MELANESIA POST on Jumat, 07 November 2014 | 11/07/2014 01:31:00 AM

“MEDIA INDONESIA MENGKLABUI FAKTA PERJUANGAN TPN DI PAPUA”

PAPUA-- Usaha perjuangan Papua merdeka, perjuangan melalui sayap militer Tentara Pembebasan Nasional – Organisasi Papua Merdeka (Tpn-Opm), media masa Indonesia membalikkan fakta kebenaran mengklabui dengan Isu lain yakni; Gerakan Pengacau Keamanan (GPK), Orang Tak Kenal (OTK), Kelompok Separatis (KP), dan teroris. Pada hal yang sebenarnnya adalah TPN-OPM Murni memperjuangkan Papua Merdeka, hal ini disampaikan Oleh anggota Staf TPN-OPM Teryanus Satto . melalui sms singkat

Data yang diterima malanesia.com, dia juga memperjelaskan singkat mengenai, salah satu contoh kasus, beberapa waktu lalu, dari Tpn berhasil menewaskan 15 Prajurit Tni (Versi TPN) di Tingginambut dan sinak Puncak Jaya, media Indonesia mengabarkan bahwa yang menembak 8 prajurit (versi Indonesia) adalah kelompok sipil bersenjata, Separatis, GPK, OTK, dan sebagainya, hal ini media Indonesia benar-benar melanggar kode Etik Yurnalistik Indonesia .

Jelasnya, aksi-aksi Tpn melakukan penembakan terhadap Pasukan Tni dan Polisi, hanya untuk membelah mempertahanan Papua adalah wilayah sudah merdeka sejak 1 desember 1961. Perjuangan TPN untuk mengusir Penjajah Indonesia dari Tanah Papua, itu tujuan visi, misi utama Tpn.

Jadi, media masa Indonesia harus Independen, jangan memihak kepada Pemerintah penjajah dan stop Propaganda memihak Kepada Aparat Penegak Hukum (Tni-Polri). Jika benar-benar fakta kebenaran lapangan berdasarkan 5W1H, untuk menyampaikan ke publik. supaya masyarakat luas mengetahuinya soal Perjuangan murni dari Tpn.

Jadi, Indonesia harus, mengetahui bahwa Persoalan Utama Papua adalah “Sejarah”. Sejarah Yakni, Papua jelas merdeka sejak 1 desember 1961, nama Negara (West Papua), Lambang Negara (Burung Mambruk), Lagu Kebangsaan (Hai Tanah Ku Papua), bendera Negara (Bintang Kejora), dan Mata uang (Golden). Nilai-nilai atribut negara, TPN memperjuangkan dan mempertahankan sampai saat ini.

Tetapi, media masa Indonesia menutupi semua inti Perjuangan sebenarnya orang asli Papua berjuang, dan perjuangan murni TPN. Itulah kondisi dan situasi kenyataan di Papua.

Kemudian, Pemerintah, dan Negara Penjajah Indonesia kenapa, melarang media massa Internasional yang Independen masuk ke wilayah pulau PAPUA?, mungkin karena Penyakit Pembusukan, Pembuhunan, Pelanggaran(HAM), penindasan, Pemenjarahan, dan Pemerkosaan dilakukan oleh Penjajah Indonesia, melalui militer (Tni-Polri), Negara Indonesia secara kelihatan dan terselubung, takut terungkap di Publik.

Media Internasional mengunci ke Papua melalui Indonesia seperti diliris mediahttp://www.abc.net.au/, menyampaikan Pengamat Pemerintah Indonesia Larang Pengamat Internasional masuk ke Papua, dan media Internasional masuk ke Papua.

Dan banyak wartawan Indonesia, yang bertugas di Papua, juga mengakui, mereka juga di kontrol dan teror dari pihak militer Indonesia, hal ini dikabarkan melalui mediawww.tabloidjubi.com. pada tahun 2012 dua belas kasus kekerasan terhadap Jurnalis terjadi di Papua. dimuat pada (27/12/2012) tahun lalu (M/Admin)

http://www.malanesia.com/2013/03/media-masa-indonesia-membalikan-fakta.html

Sumber: Jubi, abc.net, facebook, wpnla.net., sms.

OKU, KAWANKU SELAMAT JALAN PEJUANG SEJATI DI BARISAN AMP

Written By MELANESIA POST on Rabu, 24 September 2014 | 9/24/2014 11:52:00 AM

OKU, KAWANKU SELAMAT JALAN 

Oto Parianus Kudiai sering di sapah “Oku” , “Umagi” kawan Kau telah tiada… ditelan oleh masa, semua rencana dan cita-cita telah sirnah, biarlah semuanya yang kawan selalu bilang saya simpan dalam hati, Namun susah untuk ku berbuat kawanku jantungku, sekarang saya sudah ganjil  kemarin kita genap… maut sudah memisakan kita.
Kenapa musti begini,  memang ini takdir yang maha kuasa,  atau di buat oleh jahatnya dunia ini.  saya tidak bisa katakana apa-apa yang ada hanya pertanyaan…?
Walaupun kau pergi  semangat dan karya demi pembebasan Nasional selalu ada dalam cacatan sejarah.
Kagipai, Oku Kawan Sejati satu Jalan Satu Tujuan, Selamat Jalan (Koya Uwii Peyai beu, Pisssssssssssss......)
BY. Radar Walak Crew

Kami akan terus Berjuang Sampai Papua Merdeka

Written By MELANESIA POST on Selasa, 16 September 2014 | 9/16/2014 02:48:00 AM

Kami akan terus Berjuang Sampai Papua Merdeka


Isu yang kini tidak asing lagi adalah  kalau rakyat Papua ingin menentukan nasibnya sendiri. Ini dapat kita lihat dari berbagai media-media yang memberitakan masalah Papua dari berbagai sisi, juga dari berbagai informasi yang sekarang sedang terjadi dan sedang memanas di seluru penjuru dunia.



Tidak heran juga, masalah Papua sudah merupakan masalah global, masalah internasional, di dunia. Orang Papua selalu memperjuangkan hak-hak untuk merebut kemerdekaan penuh melalui forum-forum terbuka maupun tertutup. 
Itu semua  usaha orang Papua: berjuang dan dengan berbagai cara  merebut kemerdekaan adalah upaya orang Papua memenuhi hak, sebagai bangsa West Papua.


Kita bisa melihat kembali masa sejarah singkat mengenai Papua di dalam pangkuan NKRI. Orang Papua ditindas, dibunuh, dianeksasi dan dilecehkan kedaulatannya, dan dicaci maki orang Papuanya oleh NKRI melalui aparat pemerintah, terutama militernya di atas tanah Papua.


Kami (AMP) tidak bisa jelaskan pelanggarannya satu per satu, karena itu semua sudah jelas dan pastinya semua sudah tahu kalau Papua sedang terjadi seperti demikian. Sejarah yang membuktikan bahwa sejarah perjuangan Bangsa Papua lebih lama dan lebih panjang dibandingkan sejarah bangsa indonesia. Sekarang yang terjadi adalah negara indonesia tidak mau mengakui kalau Bangsa Papua ingin menentukan nasib sendiri. 
Apa maunya Indonesia? Dan sampai sekarang, mengapa Bangsa Papua masih di dalam bingkai NKRI, padahal, sebagai sebuah bangsa, West Papua berhak menentukan nasibnya sendiri?


Kita bisa lihat dan sangat jelas pada awal Bangsa Papua dijajah negara Indonesia pada tahun 1963 sampai sampai saat ini. Selama puluhan tahun penjajahan bangsa Indonesia, ada banyak sekali negara-negara luar yang sudah merdeka. Dan itu sudah lebih dari puluhan negara yang sudah menentukan nasibnya sendiri. Padahal penjajahan bangsa Indonesia terhadap Papua sudah sangat lama. Indonesia telah buat orang Papua menderita dan menderita karena setiap hari dibunuh, diperkosa, disiksa.  Paling sangat di sayangkan sekali. Apa yang membuat bangsa indonesia sangat cinta kepada Bangsa West Papua? Tidak lain kalau itu karena kepentingan ekonomi dan politik bangsa indonesia.


Bukankah di dalam Pancasila sudah tercantum di dalam sila ke-5 yang berbunyi, Keadilan sosial bagi seluru rakyat Indonesia." Bukankah juga di dalam UUD 1945 sudah ditegaskan kepada bangsa indonesia pada Alinea I (pertama) yang berbunyi, Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan. Mana buktinya?


Manusia memiliki akal budi yang sudah diciptakan Tuhan. Manusia yang sempurna memiliki akal budi dan bisa berfikir secara sehat. Mana yang baik dan mana yang tidak baik. tetapi apa yang dilakukan pemerintah indonesia, UU ko yang dibuat sendiri tetapi yang dilanggar juga sendiri.


Dari dahulu, pembunuhnan demi pembunuhan terjadi. Penyiksaan. Pemerkosaan, sudah banyak kasus.  Semua itu jadi bukti kata-kata jenderal TNI, Ali Murtopo yang mengatakan: Bila orang Papua ingin merdeka, surati Amerika Serikat agar bangsa Papua diantar ke bulan untuk merdeka di bulan. Atau mencari pulau lain di fasisfik untuk merdeka di sana. Artinya, Ali Murtopo mengatakan bahwa Indonesia tidak butuh orang Papuanya, hanya butuh tanah Papua yang kaya raya. Terbukti dengan eksploitasi besar besaran,dimulai dengan PT. Freeport, tanpa meningkatkan kesejahteraan orang Papua.


Tetapi ingat bangsa Indonesia, selama Bangsa Papua masih berdiri di atas tanah Bangsa Papua, selama Bangsa Papua masih banyak pelajar-pelajar muda, pejuang mahasiswa, aktivis, dan pejuang-pejuang bangsa Papua, kami akan terus berusaha menegakkan kebenaran sejarah, dan menunjukkan pada dunia, rekayasa yang kau buat, demi tanah Papua, bukan manusia Papua.
Walau politik kelas wahid dan kasta tinggi bagaimana pun yang kau gunakan, masalah Papua tidak akan pernah selesai hingga bumi ini kiamat. Kami tahu kami berada pada jalur kebenaran, dan kami akan berjuang untuk membuatmu masuk surga, setidaknya dengan berjuang agar kau (RI)  mengakui dosa-dosa politikmu di masa silam  terhadap  Bangsa West Papua.


Karena kami tahu, kebenaran dapat disalahkan, seperti keberhasilanmu memanipulasi sejarah kedaulatan bangsa kami demi ekonomimu, tetapi kebenaran tidak dapat dikalahkan. Artinya, kami tahu, di ujung sana, ada kemerdekaan sebagai penegakan kebenaran sejarah bangsa kami, buat bangsa  kami, West Papua menanti kami: Papua Merdeka!

Creaed By     : Michael Kudiai, Aliansi mahasiswa Papua (AMP) 
Publisher By : Admin AMP

Tidak ada kata 'Setia' kepada NKRI yang ada adalah setia kepada perjuangan Kemerdekaan Bangsa Papua Barat.

Tidak ada kata 'Setia' kepada NKRI yang ada adalah setia kepada perjuangan Kemerdekaan Bangsa Papua Barat.          
Isi seruan yg sempat disebarkan di Yogyakarta. Foto: Roka


Yogyakarta, MAJALAH SELANGKAH -- Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) mengklarifikasi seruan gelap berjudul SERUAN DAN PENYESALAN yang beredar beberapa waktu yang lalu di Yogyakarta.

Dalam siaran pers yang diterima majalahselangkah.com AMP menilai selebaran yang berisi seruan tersebut dilakukan oleh pihak yang ingin mencemarkan nama baik organisasi serta mematikan gerakan untuk perjuangan Papua merdeka.

Sebelumnya, mantan ketua AMP komite kota Yogyakarta, Roy Karoba mengatakan cara yang digunakan oknum-oknum tertentu tidak akan mematahkan semangat perjuangan mahasiswa.

"Saya heran, di sini tidak ada AMP Jawa-Bali, yang ada hanya AMP Pusat dan komite kota. Permainan oknum tertentu ini yang jelas tidak akan mematikan semangat perjuangan kawan-kawan untuk berjuang kemerdekaan bangsa Papua sebagai sebuah negara merdeka, bebas dari cengkeraman kolonialisme Indonesia," ungkapnya kepada majalahselangkah.com belum lama ini.

Seruan tersebut langsung ditanggapi AMP pusat dan atas nama ketua komite pusat, Rinto Kogoya, memberikan klarifikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara mahasiswa serta organisasi perjuangan lain. Berikut kutipannya:

Pertama: seruan tersebut adalah seruan gelap yang bertujuan merusak citra perjuangan yang diemban AMP selama ini bagi Kemerdekaan Sejati Rakyat dan Bangsa Papua.

Kedua: Kawan Roy Karoba adalah mantan Ketua Kota AMP Yogyakarta dan saat ini aktif sebagai anggota biasa, sehingga jelas bahwa seruan tersebut dibuat oleh Aparat Indonesia (TNI/Polri) yang tidak mengetahui keadaan organisasi AMP di Yogyakarta maupun secara Nasional Papua.

Ketiga: AMP akan selalu memperjuangkan Kemerdekaan bagi Bangsa Papua Barat hingga Kemerdekaan itu terwujud.

Keempat: tidak ada kata 'Setia' kepada NKRI yang ada adalah setia kepada perjuangan Kemerdekaan Bangsa Papua Barat.

Kelima: kepada Kawan-kawan mahasiswa Papua di Yogyakarta maupun yang ada di pulau Jawa dan Bali untuk tidak terprovokasi oleh seruan maupun isu-isu yang menyesatkan. Tetap solid di barisan dan jalankan tugas sebagai mahasiswa untuk mempersiapkan diri membangun Bangsa dan Negara Papua Barat.

Keenam: AMP akan tetap berjuang untuk kemerdekaan bangsa Papua sebagai negara merdeka bebas dari cengkeraman kolonialisme Indonesia. (M2/003/MS)

Kemerdekaan Itu Adalah Hak Segala Bangsa

Benarkah Kemerdekaan Itu Hak Segala Bangsa?
Bahwakemerdekaan itu adalah hak segala bangsa maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Pembukaan UUD 1945 sudah menjelaskan itu dan dibacakan sejak kelas 1 SD hingga kelas 3 SMU. Jika rata-rata penduduk Indonesia hanya bersekolah hingga tamatan SD, paling tidak setiap penduduk selama 6 tahun pasti mendengar pembukaan UUD 1945 yang selalu dibacakan saat upacara. 

Hingga saat ini, Indonesia TIDAK konsisten dengan sikapnya, bahwa Papua Barat punya hak untuk merdeka dan membela kedaulatannya. Menurutnya, masyarakat Indonesia tidak bergeming dari tujuan tersebut.  

"Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Apa lagi realitas yang terjadi terhadap Papua menunjukkan, masih ada penindasan terhadap masyarakatnya. Sebaiknya segera diakhiri melalui upaya mendukung kemerdekaan yang selama ini diperjuangkan oleh rakyat Papua," ujar Ketua AMP Komite Kota Malang saat agenda diskusi lepas kemarin.

Di antara penduduk tersebut pasti ada pemimpin-pemimpin kita yang mendengar juga. Paling tidak mereka mendengar atau justru membacakan pembukaan UUD 1945 tersebut dalam upacara. Artinya, setiap lapisan kita sudah lebih mengenal bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Mari kita lihat di luar sana, bangsa yang sudah merdeka ketika di dalam negerinya sedang bergejolak, justru invasi militer asing datang turut menghancurkan mereka. Dan kini Suriah, Palestina dan Papua Barat nun jauh di sana juga sedang mengalami hal yang sama. Tidak usa jauh-jauh yang dekat-dekat saja yakni Papua Barat sekarang mengalami dan sedang menghadapi hal yang sama oleh invasi militer Indonesia (TNI-POLRI) dan Pemerintah RI. 

Padahal Indonesia bahkan dunia pun tahu bahwa bangsa Papua Barat telah MERDEKA Tahun 1961. Rakyat Papua Barat hanya butuh PENGAKUAN dari Indonesia melalui jalan REFERENDUM sebagai solusi demokratis bagi Bangsa Papua Barat sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea pertama. 

Bukan tidak mungkin suatu saat invasi militer Indonesia menimpanya. Kalau bukti dan Saksi kalau memang indonesia yang  merancang, membuat dan menetapkan isi daripada UUD 1945 itu, kok penerapannya tidak sesuai ya ?  Kami  melihatnya miris, apakah benar kemerdekaan itu hak segala bangsa? Apakah masih relevan kalimat itu saat ini? Sebagian mungkin mengatakan iya, tapi sebagian yang lain bisa jadi mengatakan sebaliknya. Bagaimana dengan Anda?